Hari Kedua Revalidasi Geopark Nasional Bogor Halimun Salak: Menelusuri Jejak Geologi, Budaya, dan Inovasi Lokal
BOGOR —Revalidasi Geopark Nasional Bogor Halimun Salak berlanjut ke hari kedua, Selasa (20/5/2025), dengan agenda kunjungan ke sejumlah geosite dan titik penting yang mencerminkan kekayaan geologi, budaya, serta partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian kawasan. Tim penilai yang terdiri dari Bapak Aries Kusworo, ST, MT, Ibu Liela Ubaidi, MBA, dan Bapak Misbahib Haraha, ST, MT memulai kegiatan kunjungan di Leuweung Bobojong, sebuah hutan rakyat yang menjadi situs biodiversitas pada lanskap geologi gunung api. Di sini, perpaduan antara kekayaan alam dan budaya lokal tampak jelas melalui pemanfaatan lahan di bawah tegakan pohpohan dan keberadaan situs Punden Berundak Bobojong.. Selanjutnya, penilaian berlanjut ke Situs Cibalay, Tenjolaya, yang menyimpan tinggalan megalitikum dari 2000–3000 SM dan termasuk dalam zona religi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Lokasi ini menjadi bukti keterhubungan nilai budaya dan spiritual masyarakat dengan lingkungan alamnya. Tim juga meninjau Curug Jatake, air terjun dengan formasi batuan kolom hasil aktivitas geologi masa lampau yang unik dan menjadi daya tarik geowisata kawasan. Di SMKN 1 Leuwiliang, tim disambut oleh Duta Geopark dan menyaksikan langsung implementasi edukasi geopark dalam bentuk Pojok Geopark, karya kreatif siswa, serta produk olahan lokal hasil olahan para siswa dari hasil bumi Leuwiliang. Hari kedua ditutup dengan kunjungan ke Kopi Patani, etalase produk UMKM lokal dari Kecamatan Leuwiliang. Di sini, turut ditampilkan inovasi berbasis kearifan lokal seperti Boboko Majic dan sedotan pakis ramah lingkungan yang memperkuat pilar ekonomi dan inovasi dalam pengelolaan geopark.